Senin, 19 September 2011

PROSES MORFOLOGIS - AFIKSASI

PROSES MORFOLOGIS
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan yang lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2009: 51).
·         Bentuk dasarnya berupa:
1.      Kata 
Contoh: menulis  dibentuk dari kata tulis
                          gedung-gedung dibentuk dari kata gedung
2.      Pokok kata (prakatagorial)
Contoh: bertemu dibentuk dari kata temu
                          mengalir dibentuk dari kata alir
3.      Frase
Contoh: ketidakadilan dibentuk dari frase tidak adil
·         Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga  proses morfologis:
1.      Proses pembubuhan afiks (afiksasi)
2.      Proses pengulangan (reduplikasi)
3.      Proses pemajemukan/ perpaduan (komposisi)
Disamping tiga proses morfologis diatas, dalam bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disebut dengan proses perubaan zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yakni kata yang termasuk golongan kata verbal transitif, seperti : makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya adalah kata verbal transitif (kata verbal yang dapat diikuti oleh objek dan dapat diubah menjadi kata verbal pasif).
  
AFIKSASI
Afiksasi adalah proses pengimbuhan yang menghasilkan afiks. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Menurut Ramlan lebih lanjut menyebut afiksasi itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Proses pembubuhan afiks sendiri ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Misal: ber- + jalan = berjalan.
Jadi, afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.

Macam-macam Afiks dalam bahasa Indonesia Berdasarkan Letaknya:
1.      Prefiks
Prefiks atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31). Adapun prefiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         ber-            : berjalan, berdiri, bekerja, belajar, berlari, bertamu, berpikir, dll
·         meN-         : membeli, mencuci, meniru, mendarat, mengampu, menyanyi, melihat, dll
·         memper-    : memperbanyak, memperindah, mempermudah, memperbesar, dll
·         di-              : dibeli, dicuri, diambil, didengar, diraba, dijilat, diputar, dimakan, dll
·         ter-             : terkenal, terinjak, terbawa, terhormat, terpandai, termakan, terdengar, dll
·         per-            : perlebar, perpanjang, persempit, perluas, perluas, perkecil, dll
·         peN-          : pembeli, penjual, penata, pengampu, pemakan, penyanyi, dll
·         pe-             : pedagang, pelari, peternak, pekebun, petinju, peserta, petenis, dll
·         pra/pre-      : prasejarah, praduga, praremaja, prefiks, prajabatan, prakarya, dll

2.      Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31). Adapun infiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         -el-             : telunjuk, temali, telapak, gelembung, geligi, pelatuk, gemulung
·         -er-             : serabut, seruling, gerigi
·         -em-           : kemuning, kemelut, kemilau, temali
·         -in-             : kinerja, sinambung, tinambah
3.      Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata (Alwi dll, 2003: 31). Adapun sufiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         -an             : bacaan, makanan, tulisan, hitungan, catatan, kiriman
·         -kan           : ambilkan, carikan, satukan, pisahkan, dengarkan, bicarakan
·         -i1               : temui, jumpai, ambili, tulisi, tangkapi, pukuli, panggili, mintai
·         -i2               : alami, insani, hewani
·         -ah             : alamiah, insaniah, ilmiah
·         -wi             : duniawi, ragawi, manusiawi
·         -nya           : rupanya, tampaknya, agaknya, akhirnya
·         -wan          : ilmuwan, sastrawan, budayawan, karyawan, wartawan, bangsawan
·         -wati          : wartawati, karyawati, seniwati
·         -in              : muslimin, mukminin, hadirin
·         -at              : muslimat, mukminat, hadirat
·         -a/-i            : dewa-dewi, mahasiswa-mahasiswi, putra-putri, muda-mudi
Catatan:
Morfem-morfem -ku, -mu, -nya, dan kau seperti pada bukunya, sepedaku, rumahmu, dll bukan merupakan afiks, melainkan termasuk golongan klitik karena morfem-morfem tersebut arti leksikal, sedangkan afiks tidak. Morfem –nya yang termasuk golongan klitik ialah morfem –nya yang jelas mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia, misalnya rupanya, agaknya, kiranya, tampaknya, akhirnya, termasuk golongan afiks karena hubungan dengan arti leksikalnya sudah terputus.
            Morfem –isme seperti dalam nasionalisme, patriotism, dinamisme, liberalism juga tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks karena morfem tersebut jelas masih memiliki arti leksikal. Morfem tersebut termasuk golongan klitika.
4.      Konfiks
Konfiks atau imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti dll, 2003: 32). Adapun konfiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         meN-/-kan : membicarakan, menemukan, menyelesaikan, melebarkan, mengatakan
·         men-/-i       : menjalani, memasuki, memukuli, mewarnai, melempari, menghadiri
·         ber-/-kan    : berasaskan, beristrikan, beratapkan, bermandikan, berdasarkan
·         ber-/-an      : bepergian, beterbangan, berlarian, berpandangan, beraturan, berhalangan
·         ke-/-an       : kalaparan, kedinginan, kehilangan, kehabisan, kehujanan, kebanjiran
·         peN-/-an    : pendaftaran, penelitian, pendanaan, pengumuman, penulisan
·         per-/-an      : perbuatan, pertemuan, perjanjian, pergerakan, perjuanagan
·         se-/-nya      : sebenarnya, sebaiknya, sesamanya, sesungguhnya, secepatnya
·         memper-/-kan        : memperbandingkan, memperbincangkan, mempermasalahkan
·         memper-/-i             : mempersenjatai, memperbarui, memperbaiki
Perhatikan contoh deretann paradigma kata berikut ini:
Bentuk dasar
Afiks
Selesai
Pukul
meN-/-kan
*menyelesaikan
memukulkan
-kan
selesaikan
pukulkan
-ber
*berselesai
*berpukul
di-
*deselesai
dipukul
peN-/-an
penyelesaian
pemukulan
pen-
penyelesai
pemukul
            Melalui deretan paradigm di atas ditemukan bentuk dasar selesai dan pukul. Dengan mempertimbangkan prinsip hierarki gramatikal, di samping bentuk gramatik selesaikan tidak ditemukan bentuk gramatik *menyelesai. Ha itu mengindikasikan bahwa tidak ada prefix meN- untuk bentuk dasar selesai. Dari itu dapat disimpulkan bahwa prefix meN- dan sufiks –kan harus diimbuhkan atau dilekatkan secara bersama-sama sebagai satu kesatuan afiks pada bentuk dasar selesai. Dengan demikian, prefix meN- dan sufiks –kan pada kata menyelesaikan merupakan afiks gabung sebagai sebuah afiks yang disebut konfiks meN-/-kan. Jadi, kata menyelesaikan berunsur dua morfem, yaitu morfem afiks jenis konfiks (meN-/-kan) dan morfem (selesai) sebagai bentuk dasarnya.
            Selain itu, melalui deretan paradigmatic dan mempertimbangkan prinsip hierarki diketahui bahwa di samping bentuk memukul ditemukan juga bentuk pukulkan. Hal itu menunjukkan bahwa di samping dapat bergabung dengan prefiks meN-, satuan pukul juga dapat bergabung dengan sufiks –kan. Hal itu berarti bahwa afiks meN- dan –kan pada kata memukulkan masing-masing berstatus sebagai prefiks dan sebagai sufiks. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap: prefiks meN- lebih dahulu diimbuhkan pada bentuk dasar –pukul menjadi memukul, selanjutnya sufiks –kan diimbuhkan kemudian pada bentuk dasar memukul menjadi memukulkan. Jadi, kata memukukan berunsur tiga morfem, morfem prefiks (meN-), morfem (-pukul), sebagai bentuk dasarya, dan sufiks (-kan)
            Selain keempat afiks di atas, sebenarnya ada beberapa afiks yang jarang atau bahkan tidak dapat digunakan daam bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:
5.      Interfiks
Interfiks adalah afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk kata majemuk (Kridalaksana, 2008: 95).
Contoh: interfiks -o- dalam kata morphology (bahasa Inggris)
Kata morphology berasal dari morph dan logy yang memerlukan interfiks -o- sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology.
6.      Simulfiks
Simulfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar (Kridalaksana, 2008: 222). Dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbalkan nomina, adjektiva atau kelas kata lain. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku.
Contoh: kopi ngopi, soto → nyoto, sate → nyate, kebut → ngebut, dll.


7.      Suprafiks
Suprafiks atau superfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental(Kridalaksana, 2008: 231).
Contoh: pada kata Batak Toba ásora yang artinya jerih dan asorá yang artinya macam
8.      Transfiks
Transfiks yaitu afiks yang berwujud vokal-vokal yang dimbuhkan pada keseluruhan dasar. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan adanya transfiks, hanya ada pada bahasa Semit/Arab/Ibrani.
Contoh: f-r-h ‘senang’ + a-a-a à farraha ‘menyenangkan’

Fungsi Utama Proses Afiksasi, yaitu:
1.      Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternant-alternant dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal yang sama.
2.      Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsure leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.

Simpulan
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar dengan melibatkan unsur dasar, afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.

 DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 2009. Linguistik Indonesia I: Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 2009.  Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Verhaar, J.W.M. 2001.  Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  
                                                                        
1.      Elia Ulfah                                07201244079
2.      Novella Cathlin                       09201241010
3.      Retno Wulan Sari                   09201241015
4.      Alinda                                      09201241019



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011

3 komentar:

  1. Boleh tanya, yang konfiks itu sumbernya dari buku apa ya?

    BalasHapus
  2. Penjelasan soal Klitik, saya kira ada baiknya dilihat ulang. Saya saran baca tulisan Swicky&Pullum (1983). Clitic cukup kompleks karena pemahamannya bersifat antarmuka baik fonologi, morfologi, dan bahkan sintaks.

    Referensi
    [1] Zwicky, Arnold M.; Pullum (1983). "Cliticization vs. inflection: the case of English n't". Language. 59 (3): 502–513.

    [2] http://web.stanford.edu/~zwicky/what-is-a-clitic.pdf

    BalasHapus