Selasa, 16 Agustus 2011


PRINSIP-PRINSIP IDENTIFIKASI MORFEM

            Morfologi dapat dikatakan sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk-beluk struktur kata yang berbeda-beda, di samping juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata akibat perubahan struktur kata (Ramlan, 1980: 2).
            Dapat kita mengerti bahwa objek kajian morfologi itu adalah kata karena morfologi merupakan ilmu yang menyelidiki seluk-beluk struktur kata dan menyelidiki perubahan golongan dan arti kata akibat adanya perubahan struktur kata. Karena kata-kata di dalam suatu bahasa menampakkan ciri bentuk atau struktur yang berbeda-beda, dimungkinkan kata-kata itu memiliki unsur atau bagian yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, di samping kata, unsur atau bagian kata yang sering disebut morfem, juga disebut termasuk sebagian objek kajian morfologi. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa objek terkecil morfologi ialah morf atau morfem dan objek terbesarnya ialah kata. 
Ada beberapa prinsip yang dapat memudahkan kita untuk mengidentifikasi morfem-morfem. Terdapat enam prinsip identifikasi morfem, yakni:
Prinsip 1
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem (Ramlan, 2009: 37).
Prinsip di atas dapat diperjelas bahwa bentuk-bentuk yang berulang atau sama yang mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama.
            Sesuai dengan prinsip ini, jelaslah bahwa satuan-satuan merupakan satu morfem apabila mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama. Yang dimaksud dengan struktur fonologik di sini ialah urutan fonem. Satuan-satuan dikatakan mempunyai struktur fonologik yang sama apabila fonem-fonem dan urutan fonemnya sama. Dalam hal ini istilah arti dimaksudkan arti leksikal, sedangkan istilah makna dimaksudkan arti gramatik.
Contoh:
Ø  mencabik                     me- + cabik                 = melakukan perbuatan cabik
Ø  mencabikkan               me- + cabik + -kan      = makna benefaktif
Ø  pencabik                   pe- + cabik                     = alat untuk mencabik
Ø  pencabikan                  pe- + cabik + -an         = proses mencabik
Ø  cabikan                    cabik + -an                      = hasil dari mencabik
Ø  tercabik                       ter- + cabik                  = terdapat unsur  ketidaksengajaan
Ø  dicabik                     di- + cabik                      = yang dikenai dari proses cabik
Dalam sederet struktur di atas terdapat bentuk yang sama yang berulang yang memiliki arti yang sama, yaitu ‘cabik’. Dengan demikian sederet kata-kata di atas dapat digolongkan ke dalam satu morfem.

Prinsip 2
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik (Ramlan, 2009: 38).
            Jika perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik, maka satuan-satuan itu merupakan satu morfem, atau dengan kata lain merupakan alomorf dari morfem yang sama tetapi sebaliknya jika perbedaan itu tidak dapat dijelaskan secara fonologik, maka satuan-satuan tersebut merupakan morfem sendiri-sendiri.
Contoh:
v  menjual            = men / m e n / jual
v  membuat         = mem / m e m / buat
v  menyimak        = meny / m e ny / simak
v  mengguyur      = meng / m e ng / guyur
v  mengebom       = menge / m e nge / bom
v  merusak           = me / m e / rusak
Dari contoh-contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me- mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan tindakan aktif, tetapi struktur fonologiknya jelas berbeda. Perbedaan struktur fonologik tersebut masih dapat dijelaskan secara fonologik sehingga dapat dimasukkan dalam satu morfem, yaitu meN-.

Prinsip 3
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaksan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer (Ramlan, 2009: 39).
Komplementer artinya masih dapat dijelaskan secara morfologis. Untuk menjelaskan istilah distribusi komplementer, diambil contoh tiga satuan, yang masing-masing ditandai dengan A, B, dan C. Ketiga satuan itu berdistribusi dengan tiga satuan lainnya yang di sini ditandai dengan 1, 2, dan 3. Satuan A hanya dapat berdistribusi dengan 1, B hanya dapat berdistribusi dengan 2, dan C hanya dapat berdistribusi dengan 3. Jadi, diperoleh satuan-satuan A1, B2, dan C3. A2 dan A3 tidak ada; demikian pula B1, B3, C1 dan C2. Distribusi yang semacam itulah yang disebut distribusi komplementer.
A             1
B             2
C             3
Contoh:
ü  berpindah              ber- + pindah
ü  berbaring               ber- + baring
ü  bersua                    ber- + sua
ü  belajar                    ber- + ajar
ü  bekerja                   ber- + kerja
ü  berambut               ber- + rambut

Ber- dan be- jelas merupakan satu morfem karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik.
Bagaimana dengan bel-?
Perbedaan struktur fonologik bel- tidak dapat dijelaskan secara fonologik, namun mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi yang komplementer dengan morfem ber-. Jadi, satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem dengan ber- karena bel- merupakan alomorf morfem ber-.

Prinsip 4
Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero (Ramlan, 2009: 40).
Contoh:
  1. Ibu menggoreng ikan
  2. Ibu menyapu halaman
  3. Ibu menjahit baju
  4. Ibu membeli telur
  5. Ibu minum kopi
  6. Ibu makan rendang
Keenam kalimat di atas berstruktur SPO. P berupa kata verbal transitif yang pada kalimat 1-4 ditandai oleh adanya meN-. Sedangkan pada kalimat 5-6 ditandai dengan kekosongan sehingga disebut morfem zero. Kekosongan yang dimaksud disini adalah ketika seharusnya pada kata minum dan makan mendapat prefiks me- sesuai dengan satuan-satuan paralel yang ada di atasnya, tetapi pada kata minum dan makan di atas prefiks me- dihilangkan agar berterima dalam kaidah bahasa Indonesia.

Prinsip 5
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda (Ramlan, 2009: 41).
ž  Apabila satuan yang mempunyai struktur struktur fonologik itu mempunyai arti yang berhubungan, satuan itu merupakan satu morfem apabila distribusinya tidak sama, dan merupakanorfem yang berbeda apabila distribusinya sama.
Contoh poin 1:
  1. Ia menanam kembang.
  2. Bunga itu telah kembang.
Keterangan:
Pada kalimat 1 kembang berarti bunga,
pada kalimat 2 kembang berarti mekar. Oleh sebab itu keduanya merupakan morfem yang berbeda.

Contoh poin 2:
  1. Ia sedang sakit.
  2. Sakit kakek sudah parah.
Kata sakit pada kalimat 1 dan 2 mempunyai arti leksikal yang berhubungan, dan mempunyai distribusi yang berbeda. Kedua kata sakit itu merupakan satu morfem.

  1. Daun itu sangat subur.
  2. Daun telinganya besar.
Kata daun pada kalimat 1 dan 2 mempunyai distribusi yang sama, tetapi merupakan morfem yang berbeda.

Prinsip 6
Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem (Ramlan, 2009: 43).
Contoh 1
  1. berbuat             ber-
  2. buatan              -an
Kedua kata di atas merupakan morfem  sendiri-sendiri.
Contoh 2
  1.   mendatangkan           men-, datang, -kan
  2.   didatangkan               di-, datang, -kan
  3.   mendatangi                men-, datang, -i
  4.   pendatang                  pen-, datang
  5.   kedatangan                ke-an, datang
Dari contoh-contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa meN-, di-, penN-, datang, -kan, -I, dan ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.

Contoh 3
terang benderang, cantik jelita

Keterangan:
            Satuan benderang hanya terdapat pada terang benderang; dan satuan jelita hanya terdapat pada cantik jelita.
            Satuan terang dan satuan cantik masing-masing merupakan morfem tersendiri.
·         Benderang dan jelita adalah morfem unik. Morfem unik  adalah morfem yang hanya dapat berpasangan dengan kata tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Ramlan. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan  Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
Santoso, Joko. 2000. Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
 

Disusun Oleh :
   Harda Yunisdasari        Siti Latifah Mubasiroh
Nurul Istiqomah            Anang C. Purwanto

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 
2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar