Selasa, 16 Agustus 2011

MORFEM

MORFEM

Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa atau lingustik. Ilmu bahasa secara singkat dapat dijelaskan sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa secara ilmiah atau secara scientifik, morfologi mempelajari seluk beluk struktur kata. Bagian terkecil dari morfologi adalah morfem. Morfem mempelajari tentang satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
Pembahasan kali ini akan difokuskan pada bagian dari bidang ilmu morfologi yang   membahas konsep-konsep morfem, jenis morfem, dan alomorf.

A.    Konsep Morfem

a.      Morfem, Morf, Alomorf, dan Kata
Morfem dari kata “morphe” dan “ema” (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang mengandung arti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa morfem ialah kesatuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya (Yasin, 1988: 21). Sejalan dengan hal itu, Ramlan (1987: 32) mengungkapkan bahwa morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil: satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Selanjutnya, Hockett (1985: 123) via Tarigan mendefinisikan bahwa morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan morfem ialah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai arti.
Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik, misalnya morfem baca, yang fonem-fonemnya, banyaknya fonem serta urutan fonemnya selalu demikian, ialah terdiri dari empat fonem, ialah /b, a, c, dan a/. Tetapi di samping itu, ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-, misalnya pada membangun, menjemur, menyapu, menggosok, mengepel, dan merasa. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-, masing-masing disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Demikianlah morfem  meN- mempunyai morf-morf mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya. Contoh lain, misalnya morfem ber-. Morfem ini terdiri dari morf ber-, misalnya pada berdiri, morf be- misalnya pada beternak, dan morf bel- pada belajar. Morf ber-, be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf ber-.
Di samping istilah morfem, morf, dan alomorf, terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar.  Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem, ialah morfem ber- dan morfem ajar. Menurut Ramlan (1987: 33) kata ialah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, ruang, buku, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata karena masing-masing merupakan satu satuan bebas.
Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan sebagainya, juga termasuk golongan kata. Satuan-satuan tersebut, meskipun tidak merupakan satuan bebas, tetapi secara gramatik mempunyai sifat bebas.
Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, panjang tangan, keras kepala, sakit hati, dan sebagainya. Sekalipun terdiri dari dua satuan bebas juga termasuk golongan kata, karena satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang membedakan dirinya dari frase yaitu kata-kata tersebut terjadi karena gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru yang lazim disebut kata majemuk.

b.      Deretan Morfologik

Deretan morfologik sangat bermanfaat bagi penetuan morfem-morfem. Yang dimaksud dengan deretan morfologik ialah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan arti. Miasalnya kata berdatangan. Untuk mengetahui apakah kata itu terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem, dapat kita bandingkan dengan kata-kata lain dalam deretan morfologik.

berdatangan
kedatangan
pendatang
mendatangkan
didatangkan
mendatangi
didatangi
datangkan
      datang

Berdasarkan perbandingan kata-kata yang tertera dalam deretan morfologik, dapat disimpulkan bahwa morfem datang  merupakan unsur yang terdapat pada setiap anggota deretan morfologik itu, sehingga dapat kita pastikan bahwa :
berdatangan          : terdiri dari morfem datang dan morfem ber- an
kedatangan            : terdiri dari morfem datang dan morfem ke-an
pendatang             : terdiri dari morfem datang dan morfem peN-
mendatangkan       : terdiri dari morfem-morfem meN-, datang, dan –kan
didatangkan          : terdiri dari morfem-morfem di-, datang, dan –kan
mendatangi           : terdiri dari morfem-morfem meN-, datang, dan –i
didatangi               : terdiri dari morfem-morfem di-, datang, dan –i
datangkan             : terdiri dari morfem datang dan –kan

Banyak  kata yang kelihatannya terdiri dari dua morfem atau lebih, tetapi setelah diteliti benar-benar, pada hakikatnya secara deskriptif hanya terdiri dari satu morfem saja. Misalnya, segala, terlentang, perangai, pengaruh, jawatan, perempuan, pura-pura, jembatan, dan sebagainya.

B.     Jenis- Jenis Morfem
Di dalam kata ada 2 jenis morfem, yaitu morfem leksikal yang makna dan bentuknya sedikit  banyak sama dengan leksem; dan morfem gramatikal, yaitu satuan pembentuk kata yang sedikit benyak menyebabkan leksem itu mempunyai makna gramatikal (Kridalaksana, 2007:10).
Sebagai bentuk bahasa terkecil yang mempunyai arti, morfem dibedakan atas tiga bagian, yaitu :


MORFEM BEBAS
Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri sendiri.
Contoh      : rumah, pulang, jatuh, pergi, kota, senang, takut, gerak, ibu, ilmu, aku, kita,    dan sebagainya.
Sebagai morfem bebas sebuah tuturan atau ucapan mengandung makna leksikal. Morfem bebas tersebut dapat berupa kata dasar, dapat juga berupa pokok kata.
 Contoh :
a.       Berupa kata dasar:
Kata-kata pulang, makan, ibu, saya, pergi, minum, tidur, dan sebagainya, merupakan kata dasar yang telah mengandung makna leksikal walaupun tidak dibentuk oleh unsur atau morfem lain. Dengan demikian sebuah morfem bebas dapat juga berupa morfem dasar atau kata dasar.
b.      Berupa pokok kata:
Beberapa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan/ucapan namun secara gramatik memiliki sifat kebebasan, disebut sebagai “pokok kata”.
Contoh: kata “berhenti” : terdiri atas dua morfem, yakni ber dan henti. Dalam ujaran/ tuturan biasa bentuk “henti” tidak pernah dipakai. Bentuk itu dinamakan pokok kata.
Contoh lain : temu, jabat, main, rangkak, juang, dan sebagainya.

2.      MORFEM TERIKAT
Morfem terikat ialah morfem yang selalu melekat pada morfem lain.
Contoh : ber, ter, me, di, se, kan, per, an, kan, i, wan, man, wati, ke-an, pe-an, se-nya, dan sebagainya.
Morfem terikat baru mempunyai arti setelah mengikatkan diri pada morfem lain.
Contoh :
Morfem “ter” tidak mempunyai makna. Dalam kata “terjatuh” morfem “ter” baru mempunyai makna, terjatuh: morfem “ter” berarti tidak sengaja.
Morfem “ter” tidak mempunyai makna apa-apa sebelum mengikatkan diri pada morfem lain. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
 
1.      Sani terjatuh saat ke rumah Sinta.
2.      Ali bersepeda ke sekolah.
3.      Usahanya mengalami kemunduran.

Selanjutnya morfem ter, ber, dan ke-an diebut morfem terikat. Dalam tata bahasa Indonesia selanjutnya morfem terikat disebut juga sebagai afiks. Dengan kata lain bahwa semua afiks merupakan morfem terikat.

Morfem terikat terdiri atas afiks, yang meliputi:
a.       Prefiks atau Awalan         
Awalan (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian) (Arifin dan Junaiyah, 2008: 6). Di dalam bahasa Indonesia terdapat awalan, yaitu ber, me, ter, se, di, per, pe, ke, dan lain-lain.
Contoh            :
bersegi, persegi, bertinj, petinju
menggali, penggali, meninju, petinju
dilipat, ditiru, dilihat, tertawa
sedesa, setempat
b.      Infiks atau Sisipan           
Sisipan adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar (Arifin dan Junaiyah, 2008:6). Bahasa Indonesia memiliki empat buah sisipan, yaitu -el, -em, -er, dan –in seperti
getar          geletar                   kelut          kemelut
getar          gemetar                 kerja          kinerja
gigi            gerigi

c.       Sufiks atau Akhiran
Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar (Arifin dan Junaiyah, 2008:6). Bahasa Indonesia memiliki akhiran - i, -an, -kan, -nya. Karena adanya kontak dengan bahasa-bahasa lain, kini bahasa Indonesia juga memiliki afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing: -wan, -wati, -at, -isme, -(is)asi, -logi, dan –tas.
Contoh :
ambil        ambili, ambilkan, ambilan               dunia          duniawi
seni           seniman                                          naik            naiknya
warta         wartawan
d.      Konfiks
Konfiks, lazim juga disebut imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar (Arifin dan Junaiyah, 2008:7). Konfiks harus diletakkan sekaligus pada dasar (harus mengapit dasar) karena konfiks merupakan imbuhan tunggal, yang tentu saja memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna, seperti
v  Konfiks ke-....-an pada keahlian, keutamaan, kegelisahan
v  Konfiks pe-....-an, pada pengalaman, penataran penemuan
v  Konfiks se-.....-nya pada seadanya, sebaiknya, sewajarnya
v  Konfiks per-....-an pada perjuangan, pergaulan, pertemuan
v  Konfiks per-....-kan pada pergolakkan, permalukan, permudahkan
v  Konfiks diper-....-i pada diperbarui, diawali, dinaiki
v  Konfiks ber-....-an pada berhamburan, berciuman, berpelukan.

Catatan (Kridalaksana: 2007)
v  Perlu dibedakan di sini antara apa yang disebut morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri (jadi, secara sintaksis bisa langsung menjadi kata), sedangkan morfem terikat tidak dapat. Dalam kata terangkat misalnya, terdapat morfem bebas angkat dan morfem terikat ter. Batas diantara morfem bebas dan morfem terikat tidak selamanya tegas, sehingga terdapat satuan yang merupakan peralihan diantara keduanya.
v  Kecuali itu, lazim pula dibedakan antara morfem dasar dan afiks. Morfem dasar, yang ujudnya sama dengan leksem, merupakan morfem yang mengalami proses morfologis, sedangkan afiks adalah morfem yang membentuk kata. Afiks selalu merupakan morfem terikat, sedangkan tidak semua morfem dasar merupakan morfem bebas. Dalam bahasa Indonesia terdapat lebih dari 1.000 morfem dasar terikat.

3.      MORFEM SETENGAH BEBAS
Secara gramatik ada beberapa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi mempunyai sifat bebas seperti halnya morfem yang dapat berdiri sendiri/ morfem bebas.
Morfem-morfem tersebut antara lain :
            Pada, kepada, dari, daripada, tentang, sebab, karena, walaupun, meskipun, dan sebagainya.
 Dapat pula dibedakan dibedakan atas dua bagian, yaitu:
a.       Proklitik         : ku dan kau
b.      Inklitik           : ku, mu, dan nya
c.       Partikel            : lah, kah, tah, dan pun
d.      Kata depan      : pada, kepada, dari, daripada, dan sebagainya
e.       Kata sambung : walaupun, meskipun, karena, sehingga, dan sebagainya

C.    ALOMORF
Alomorf ialah varian morfem atau variasi bentuk. Variasi bentuk itu terjadi karena terjadinya proses fonologis (perubahan bunyi) (Yasin, 1988: 30).
            Alomorf muncul ketika terjadi tautan antara afiks dengan morfem bebas atau morfem setengah bebas.
Alomorf ber adalah     : be, dan bel.
Alomorf meN adalah : mem, meng, meny, men dan me.
Alomorf ter     adalah  : te, dan tel
Alomorf per    adalah  : per, pe, dan pel
 Contoh:
ber       +  ajar              = belajar          - (bel)
ber       +  kerja            = bekerja         - (be)
me       +  bawa           = membawa     - (mem)
me       +  dapat           = mendapat     - (men)
me       +  ambil           = mengambil   - (meng)
me       +  sapu             = menyapu      - (meny)
ter        +  anjur            = terlanjur        - (tel)
ter        +  rekam          = terekam        - (te)
per       +  kerja            = pekerja         - (pe)
per       +  ajar              = pelajar          - (pel)
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dkk. Edisi Ketiga 2003. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Zainal dan Junaiyah. Cet. Kedua 2008. Mofologi Bentuk, Makna dan Fungsi.
         Jakarta: PT Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
         Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V Karyono.
Santoso, Joko. 2004. Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
Yasin, Sulchan. 1988. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional.
 

Disusun Oleh :

Putri Meliasari                     Sunji Yuniarti
                     Anggun Deni Prabowo        Desi Tri Pikasari                 

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta 
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar